Posted on 10. Jan, 2009 by noaforce in Memainkan Game ps2 tanpa kaset/dvd(PC)
ISO game ps2
Tentu ada yg ingin memainkan game2 langka yg sulit dicari atau anda takut jika DVD game anda rusak/kotor dan tdk bisa dipakai?
Untuk memainkan game ps2 tanpa DVD aslinya anda memerlukan software khusus untuk merubah file dalam DVD game anda ke bentuk Disc image,disini saya memakai alcohol 120% (ini nama software lho ^ ^)
Jika belum punya silahkan Download alcohol 120% :
Saya harap anda tidak bingung meng install Software nya :p
Jika sudah Berikut langkah2 membuat disc image nya, membuat file iso game ps2 tidak sulit
1. Masukan CD/DVD yg akan dibuat disc image
2. Buka alcohol soft pilih image making wizard
iso game ps2
iso game ps2
3. Pada bagian data type pilih playstation2 kemudian next terus start
al
4. Jadilah file dengan ekstensi .mds inilah bentuk DVD anda yang sudah berupa file, bagaimana, tidak sulit bukan membuat iso game ps2
Setelah membuat virtual nya,sekarang adalah bagaimana cara memasukan file virtual tersebut kedalam komputer dan dapat dibaca seperti layaknya memasukan CD/DVD fisik kedalam drive fisik beriku langkah2 nya:
1. Pilih view -> option kemudian virtual drive untuk membuat drive virtual
2. si number of virtual Drive dengan banyaknya drive yg diperlukan 2 saja cukup
virtual
3. ada bagian bawah pilih virtual CD/DVD ada 2 Virtual drive (karena tadi anda memilih 2 pada option diatas) klik kanan salah satu drive misal drive F kemudian pilih mount image untk memasukan Virtual CD/DVD kedalam virtual drive
mount
4. Pilih virtual CD/DVD anda ( disc image yg baru saja dibuat) kemudian open, jadilah file iso game ps2
5. Anda telah memiliki virtual drive dengan sebuah DVD game didalamnya ^ ^
disc-show
Sabtu, 21 Mei 2011
Cara Menghilangkan Jerawat
kali ini saya akan posting tentang kesehatan kk ... biar ada refreshing`nya ... Menghilangkan jerawat memang tidak mudah, diperlukan kehati-hatian dan perlakuan khusus pada kulit agar bekas jerawat tidak muncul pada wajah.Berikut ini saya ingin berbagi beberapa tips cara menghilangkan jerawat. Bagi anda yang suka berkebun atau di sekitar rumahnya terdapat tanaman lidah buaya, anda dapat memanfaatkan tanaman ini sebagai obat untuk menghilangkan jerawat. Pilih daun lidah buaya yang muda dan potong menjadi beberapa bagian, kupas bagian kulitnya sehingga tinggal dagingnya saja, oleskan lendirnya pada bagian wajah yang terdapat jerawat. Lakukan cara tersebut setiap pagi dan sore hari, semoga jerawat pada kulit wajah anda dapat hilang dalam empat sampai lima hari. Jika anda tidak ingin repot dan ribet, anda dapat memilih obat jerawat tradisional atau herbal yang saat ini banyak ditemui di pasaran. semoga “cara menghilangkan jerawat” di atas dapat membantu. singkat aja ea ... wassalam ...
Jumat, 20 Mei 2011
Batu Lapis Lazuli
Batu Lapis lazuli adalah batu yang berwarna biru tersusun atas beberapa mineral yang berbeda. Salah satu penyusunnya adalah mineral logam yang pada kebanyakan batu lapis lazuli akan terlihat sebagai urat-urat logam berwarna perak keemasan, biasanya adalah kalsit putih dan pyrit kuning keemasan.
Batu Lapis lazuli dengan kwalitas warna biru dan halus kebanyakan ditemukan di afganistan. jenis batu ini juga ditemukan di beberapa negara seperti USA, Agentina, Chile, dan beberapa negara di Timur Tengah.
Selama berabad-abad lamanya Batu Lapis Lazuli telah digunakan sebagai batu yang akan melindungi pemakainya dari roh jahat. Warna birunya juga telah memikat orang sajak zaman dahulu, digunakan sebagai perhiasan yang cantik dan berwibawa.
Rabu, 18 Mei 2011
Mahfud MD, Orang Madura Yang Jadi News Maker of The Year on Seputar Indonesia Award 2011
Darah Madura - Tak ada tendensi apapun dari tulisan yang saya buat ini. Bukan bermaksud chauvinistik terhadap suku dimana saya lahir dan besar, Madura. Tulisan ini hanyalah bentuk rasa bangga saya ketika Cak Mahfud terpilih sebagai News Maker of The Year dalam Seputar Indonesia Award, sebuah penghargaan yang digelar oleh program berita ter-beken di jagad Indonesia.
Nominator lain yang dikalahkan Cak Mahfud pun tidak tanggung-tangung, Barrack Husein Obama dan Sri Mulyani Indrawati. Dua personal yang cukup punya nama di dunia Internasional. Sebagai Presiden USA, Obama yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Indonesia, jelas dia paling saya unggulkan awalnya. Sri Mulyani, ini orang masuk kategori perempuan hebat baik di dalam maupun luar negeri. Selepas jadi menteri dalam kabinet SBY, dia langsung memimpin lembaga finansial internasional yang cukup beken, Bank Dunia. Eh, ternyata Cak Mahfud yg terpilih!
Saat memberi sepatah dua patah kata usai menerima award, Mahfud bilang: "Saya mendapat kritik dari beberapa teman, agar jangan sering menjadi berita karena hakim lebih baik diam. Tapi saya pikir kita harus menyadarkan masyarakat. Saya juga katakan, ya enggak bisa begitu, di negara kita ini rakyat harus dibangun kesadarannya tentang hak konstitusionalnya".
"Saya juga harus berteriak menyadarkan bahwa pejabat pemerintah itu tugasnya harus melindungi hak-hak konstitusionil warga negara, menegakkan keadilan negara. Toh yang saya lakukan tidak terlalu salah karena dapat award dari RCTI ini. Ini untuk semua para penegak konstitusi", ujar Mahfud MD di atas panggung.
Dengan posisi yang dijabatnya sekarang sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi, hampir semua komentar yang berkaitan dengan persoalan hukum, tata negara hingga masalah sosial maupun politik, memang membuat Mahfud MD sangat berpotensi menjadi 'news maker'. Apalagi kalau komentar dia berseberangan dengan pejabat tinggi publik. Maka para jurnalis pun akan dengan senang hati menulisnya atau mewawancarai Mahfud MD, oreng Madhureh cak! Berikut profil singkatnya.
Asal Muasal Inisial MD
Mahfud nama lengkapnya Mohammad Mahfud dilahirkan pada 13 Mei 1957 di Omben, Sampang Madura, dari pasangan Mahmodin dan Suti Khadidjah. Mahfud adalah anak keempat dari tujuh bersaudara, Tiga kakaknya antara lain Dhaifah, Maihasanah dan Zahratun. Sementara ketiga adiknya bernama Siti Hunainah, Achmad Subkhi dan Siti Marwiyah.
Mahmodin, ayahanda Mahfud berasal Desa Plakpak, Kecamatan Pangantenan - Pamekasan Madura ini hanyalah seorang pegawai rendahan di kantor Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang. Nah, inisial MD di belakang nama Mahfud adalah singkatan dari nama ayahnya, Mahmodin, dan bukan merupakan gelar akademik seperti sebagian orang menganggapnya.
Sebenarnya sampai lulus SD tidak ada inisial MD di belakang nama Mahfud. Baru ketika ia memasuki sekolah lanjutan pertama, tepatnya masuk ke Pendidikan Guru Agama (PGA), tambahan nama itu bermula. Saat di kelas I sekolah tersebut ada tiga murid yang bernama Mohammad Mahfud. Hal itu membuat wali kelasnya meminta agar di belakang setiap nama Mahfud diberi tanda A, B, dan C. Namun karena kode tersebut dirasa seperti nomer becak, wali kelas lalu memutuskan untuk memasang nama ayahnya masing-masing dibelakang nama Mahfud.
Jadilah Mahfud memakai nama Mahfud Mahmodin sedangkan teman sekelasnya yang lain bernama Mahfud Musyaffa’ dan Mahfud Madani. Dalam perjalanannya, Mahfud merasa bahwa rangkaian nama Mahfud Mahmodin terdengar kurang keren sehingga Mahmodin disingkatnya menjadi MD. Tambahan nama inisial itu semula hanya dipakai di kelas, tetapi pada waktu penulisan ijazah kelulusan SMP (PGA), inisial itu lupa dicoret sehingga terbawa terus sampai ijazah SMA, Perguruan Tinggi, dan Guru Besar. Hal itu disebabkan karena nama pada ijazah di setiap tingkat dibuat berdasarkan nama pada ijazah sebelumnya. Berangkat dari situlah nama resmi Mahfud menjadi Moh. Mahfud MD. Lucu ya.....tapi mantap Cak Mahfud! Dua jempol dari saya.
Pendidikan Mahfud MD
Sejak kecil Mahfud dididik berdasarkan pemahaman religi Islam yang kuat, sebagaimana orang Madura pada umumnya, yakni selain pendidikan formal di sekolah dasar di pagi hari, siangnya harus sekolah madrasah diniyah, lalu malamnya ngaji di surau (Nah, yang ini beneran mirip waktu saya waktu kecil).
Setamat dari SD, Mahfud dikirim belajar ke Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri di Pamekasan. Pada masa itu, ada kebanggaan tersendiri bagi orang Madura kalau anaknya bisa menjadi guru ngaji, ustadz, kyai atau guru agama. Lulus dari PGA, Mahfud terpilih mengikuti Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), sebuah sekolah kejuruan unggulan milik Departemen Agama yang terletak di Yogyakarta. Sekolah ini merekrut luluan terbaik dari PGA dan MTs seluruh Indonesia.
Begitu tamat dari PHIN pada 1978, rencananya hendak melanjutkan sekolah ke PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an) di Mesir. Namun, sambil menunggu persetujuan beasiswa, Mahfud coba-coba kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII - Yogyakarta) dan Fakultas Sastra (Jurusan Sastra Arab) UGM. Eh, dia terlanjur betah di kampus ini. Rupanya Mahfud merasa jiwanya lebih cocok di dunia hukum. Maka ditinggalkan-lah bangku kuliah di Fakultas Sastra UGM dan berkonsentrasi di Fak Hukum UII.
Meski harus membiayai sendiri kuliahnya, dia pun mampu lulus sebagai sarjana hukum UII pada tahun 1983. Nah, sekian waktu menggeluti ilmu dan dunia hukum, Mahfud merasakan kekecewaan. Ia rupanya sadar bahwa peran dan posisi hukum relatif dan seringkali dikalahkan oleh keputusan-keputusan politik. Akibat intervensi politik ini pun segala perangkat hukum menjadi tumpul. Maklum, orde baru jaman itu cak!
Kesadaran inilah yang kemudian mendasari Mahfud ingin belajar ilmu politik.Maka tanpa ragu, begitu peluang menempuh S-2 ilmu politik didapat, Mahfud pun mengambil program pasca sarjana tersebut tahun 1985 di UGM. Mahfud memang mendapat beasiswa penuh dari UII sebagai perguruan tinggi yang mensponsori studinya ini. Di tempat inilah, Mahfud cukup beruntung karena Mahfud menerima mata kuliah langsung dari dosen-dosen Ilmu Politik terkenal seperti Moeljarto Tjokrowinoto, Mochtar Mas’oed, Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin, Amien Rais, dan lain-lain.
Selepas lulus dari Program S-2 Ilmu Politik, Mahfud kemudian mengikuti pendidikan Doktor (S-3) dalam Ilmu Hukum Tata Negara di Program Pasca Sarjana UGM sampai akhirnya lulus sebagai doktor (1993). Disertasi doktornya tentang “Politik Hukum” cukup fenomenal dan menjadi bahan bacaan pokok di program pascasarjana bidang ketatanegaraan pada berbagai perguruan tinggi karena pendekatannya yang mengkombinasikan dua bidang ilmu yaitu ilmu hukum dan ilmu politik.
Mahfud sempat juga menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UII pada 1998-2001. Dalam rentang waktu yang sama yakni 1998-1999 Mahfud juga menjabat sebagai Asesor pada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Puncaknya, Mahfud MD dikukuhkan sebagai Guru Besar atau Profesor bidang Politik Hukum pada tahun 2000, dalam usia masih relatif muda yakni 40 tahun.
Pencapain itu diraih Mahfud saat usianya baru akan menginjak 41 tahun. Tidak heran jika pada waktu itu, Mahfud tergolong sebagai Guru Besar termuda di zamannya. Satu nama yang dapat disejajarkan adalah Yusril Ihza Mahendra, yang juga meraih gelar Guru Besar pada usia muda.
Mahfud pun tercatat sebagai dosen tetap Fakultas Hukum UII pertama yang meraih derajat Doktor pada tahun 1993. Dia meloncat mendahului bekas dosen dan senior-seniornya di UII, bahkan tidak sedikit dari bekas dosen dan senior-seniornya yang kemudian menjadi mahasiswa atau dibimbingnya dalam menempuh pendidikan pascasarjana.
Organisasi Kemahasiswaan Kala di Bangku Kuliah
Sejak masih di bangku belajar, Mahfud sepertinya mulai tertarik dengan hingar bingar kampanye pemilu kala orde baru berkuasa. Nah, ini kemudian ditumpahkan setelah ia masuk perguruang tinggi. Mahfud lalu aktif di organisasi ekstra universiter Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Aktivitas politik praktis ala mahasiswa di kampus pun menjadi salah satu bagian keseharian dia. Hal ini dibuktikan karena selain di HMI, ia juga malang melintang di berbagai organisasi kemahasiswaan intra universiter seperti Senat Mahasiswa, Badan Perwakilan Mahasiswa, termasuk di lembaga press kampus. Atribut sebagai aktivis mahasiswa ini, tentu memungkinkan dia melampiaskan energi politik praktisnya kala itu.
Mahfud juga tercatat pernah menjadi pimpinan di majalah Mahasiswa Keadilan (tingkat Fakultas hukum - UII), serta memimpin Majalah Mahasiswa Muhibbah (tingkat universitas). Karena begitu kritis terhadap pemerintah Orde Baru, Majalah Muhibbah yang pernah dipimpinnya pernah dibreidel sampai dua kali. Pertama dibreidel oleh Pangkopkamtib Soedomo (tahun 1978) dan terakhir dibreidel oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo pada tahun 1983.
Keluarga Yang Berbahagia
Mahfud MD menikah dengan Zaizatun Nihayati (dipanggil Yatie), gadis teman kuliahnya di Fakultas Hukum UII Yogyakarta, pada tahun 1982. Yatie adalah perempuan kelahiran Jember, 18 November 1959 anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Sya’roni dan Shofiyah. Zaizatun Nihayati berijazah Sarjana Hukum dan pernah bekerja sebagai guru SMU. Tetapi ketika Mahfud diangkat menjadi menteri dan harus berpindah ke Jakarta maka pekerjaannya sebagai guru ditinggalkan, sampai sekarang.
Mahfud dan Yatie bertemu pertama kali pada 1978 saat keduanya sama-sama aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Lah, cinlok alias cinta lokasi cak! Mirip artis aja. Tenang cak Mahfud, kaule gun aghejek ta' iyeh! (saya cuma bercanda!)
Sejak 1979, keduanya mulai dekat dan akhirnya berpacaran. Hubungan keduanya bertahan lama, sehingga pada 2 Oktober 1982, Mahfud dan Yatie resmi menikah di Semboro, Tanggul, Jember. Dari pernikahan itu, Mahfud dan Yatie dikaruniai tiga orang anak. Pertama adalah Mohammad Ikhwan Zein, laki-laki kelahiran 15 Maret 1984, anak kedua adalah Vina Amalia, gadis yang lahir 15 juli 1989, dan yang ketiga, adalah Royhan Akbar, lahir 7 Februari 1991.
Semoga terus bisa mengemban amanah rakyat menegakkan panji hukum di bumi nusantara ini cak!
Salam dari Madura! (Mad Topek)
Nominator lain yang dikalahkan Cak Mahfud pun tidak tanggung-tangung, Barrack Husein Obama dan Sri Mulyani Indrawati. Dua personal yang cukup punya nama di dunia Internasional. Sebagai Presiden USA, Obama yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Indonesia, jelas dia paling saya unggulkan awalnya. Sri Mulyani, ini orang masuk kategori perempuan hebat baik di dalam maupun luar negeri. Selepas jadi menteri dalam kabinet SBY, dia langsung memimpin lembaga finansial internasional yang cukup beken, Bank Dunia. Eh, ternyata Cak Mahfud yg terpilih!
Saat memberi sepatah dua patah kata usai menerima award, Mahfud bilang: "Saya mendapat kritik dari beberapa teman, agar jangan sering menjadi berita karena hakim lebih baik diam. Tapi saya pikir kita harus menyadarkan masyarakat. Saya juga katakan, ya enggak bisa begitu, di negara kita ini rakyat harus dibangun kesadarannya tentang hak konstitusionalnya".
Mahfud MD Saat Menerima Seputar Indonesia Award Dari Hari Tanu (CEO MNC Group)
"Saya juga harus berteriak menyadarkan bahwa pejabat pemerintah itu tugasnya harus melindungi hak-hak konstitusionil warga negara, menegakkan keadilan negara. Toh yang saya lakukan tidak terlalu salah karena dapat award dari RCTI ini. Ini untuk semua para penegak konstitusi", ujar Mahfud MD di atas panggung.
Dengan posisi yang dijabatnya sekarang sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi, hampir semua komentar yang berkaitan dengan persoalan hukum, tata negara hingga masalah sosial maupun politik, memang membuat Mahfud MD sangat berpotensi menjadi 'news maker'. Apalagi kalau komentar dia berseberangan dengan pejabat tinggi publik. Maka para jurnalis pun akan dengan senang hati menulisnya atau mewawancarai Mahfud MD, oreng Madhureh cak! Berikut profil singkatnya.
Asal Muasal Inisial MD
Mahfud nama lengkapnya Mohammad Mahfud dilahirkan pada 13 Mei 1957 di Omben, Sampang Madura, dari pasangan Mahmodin dan Suti Khadidjah. Mahfud adalah anak keempat dari tujuh bersaudara, Tiga kakaknya antara lain Dhaifah, Maihasanah dan Zahratun. Sementara ketiga adiknya bernama Siti Hunainah, Achmad Subkhi dan Siti Marwiyah.
Mahmodin, ayahanda Mahfud berasal Desa Plakpak, Kecamatan Pangantenan - Pamekasan Madura ini hanyalah seorang pegawai rendahan di kantor Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang. Nah, inisial MD di belakang nama Mahfud adalah singkatan dari nama ayahnya, Mahmodin, dan bukan merupakan gelar akademik seperti sebagian orang menganggapnya.
Sebenarnya sampai lulus SD tidak ada inisial MD di belakang nama Mahfud. Baru ketika ia memasuki sekolah lanjutan pertama, tepatnya masuk ke Pendidikan Guru Agama (PGA), tambahan nama itu bermula. Saat di kelas I sekolah tersebut ada tiga murid yang bernama Mohammad Mahfud. Hal itu membuat wali kelasnya meminta agar di belakang setiap nama Mahfud diberi tanda A, B, dan C. Namun karena kode tersebut dirasa seperti nomer becak, wali kelas lalu memutuskan untuk memasang nama ayahnya masing-masing dibelakang nama Mahfud.
Jadilah Mahfud memakai nama Mahfud Mahmodin sedangkan teman sekelasnya yang lain bernama Mahfud Musyaffa’ dan Mahfud Madani. Dalam perjalanannya, Mahfud merasa bahwa rangkaian nama Mahfud Mahmodin terdengar kurang keren sehingga Mahmodin disingkatnya menjadi MD. Tambahan nama inisial itu semula hanya dipakai di kelas, tetapi pada waktu penulisan ijazah kelulusan SMP (PGA), inisial itu lupa dicoret sehingga terbawa terus sampai ijazah SMA, Perguruan Tinggi, dan Guru Besar. Hal itu disebabkan karena nama pada ijazah di setiap tingkat dibuat berdasarkan nama pada ijazah sebelumnya. Berangkat dari situlah nama resmi Mahfud menjadi Moh. Mahfud MD. Lucu ya.....tapi mantap Cak Mahfud! Dua jempol dari saya.
Pendidikan Mahfud MD
Sejak kecil Mahfud dididik berdasarkan pemahaman religi Islam yang kuat, sebagaimana orang Madura pada umumnya, yakni selain pendidikan formal di sekolah dasar di pagi hari, siangnya harus sekolah madrasah diniyah, lalu malamnya ngaji di surau (Nah, yang ini beneran mirip waktu saya waktu kecil).
Setamat dari SD, Mahfud dikirim belajar ke Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri di Pamekasan. Pada masa itu, ada kebanggaan tersendiri bagi orang Madura kalau anaknya bisa menjadi guru ngaji, ustadz, kyai atau guru agama. Lulus dari PGA, Mahfud terpilih mengikuti Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), sebuah sekolah kejuruan unggulan milik Departemen Agama yang terletak di Yogyakarta. Sekolah ini merekrut luluan terbaik dari PGA dan MTs seluruh Indonesia.
Begitu tamat dari PHIN pada 1978, rencananya hendak melanjutkan sekolah ke PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an) di Mesir. Namun, sambil menunggu persetujuan beasiswa, Mahfud coba-coba kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII - Yogyakarta) dan Fakultas Sastra (Jurusan Sastra Arab) UGM. Eh, dia terlanjur betah di kampus ini. Rupanya Mahfud merasa jiwanya lebih cocok di dunia hukum. Maka ditinggalkan-lah bangku kuliah di Fakultas Sastra UGM dan berkonsentrasi di Fak Hukum UII.
Meski harus membiayai sendiri kuliahnya, dia pun mampu lulus sebagai sarjana hukum UII pada tahun 1983. Nah, sekian waktu menggeluti ilmu dan dunia hukum, Mahfud merasakan kekecewaan. Ia rupanya sadar bahwa peran dan posisi hukum relatif dan seringkali dikalahkan oleh keputusan-keputusan politik. Akibat intervensi politik ini pun segala perangkat hukum menjadi tumpul. Maklum, orde baru jaman itu cak!
Kesadaran inilah yang kemudian mendasari Mahfud ingin belajar ilmu politik.Maka tanpa ragu, begitu peluang menempuh S-2 ilmu politik didapat, Mahfud pun mengambil program pasca sarjana tersebut tahun 1985 di UGM. Mahfud memang mendapat beasiswa penuh dari UII sebagai perguruan tinggi yang mensponsori studinya ini. Di tempat inilah, Mahfud cukup beruntung karena Mahfud menerima mata kuliah langsung dari dosen-dosen Ilmu Politik terkenal seperti Moeljarto Tjokrowinoto, Mochtar Mas’oed, Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin, Amien Rais, dan lain-lain.
Selepas lulus dari Program S-2 Ilmu Politik, Mahfud kemudian mengikuti pendidikan Doktor (S-3) dalam Ilmu Hukum Tata Negara di Program Pasca Sarjana UGM sampai akhirnya lulus sebagai doktor (1993). Disertasi doktornya tentang “Politik Hukum” cukup fenomenal dan menjadi bahan bacaan pokok di program pascasarjana bidang ketatanegaraan pada berbagai perguruan tinggi karena pendekatannya yang mengkombinasikan dua bidang ilmu yaitu ilmu hukum dan ilmu politik.
Mahfud sempat juga menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UII pada 1998-2001. Dalam rentang waktu yang sama yakni 1998-1999 Mahfud juga menjabat sebagai Asesor pada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Puncaknya, Mahfud MD dikukuhkan sebagai Guru Besar atau Profesor bidang Politik Hukum pada tahun 2000, dalam usia masih relatif muda yakni 40 tahun.
Pencapain itu diraih Mahfud saat usianya baru akan menginjak 41 tahun. Tidak heran jika pada waktu itu, Mahfud tergolong sebagai Guru Besar termuda di zamannya. Satu nama yang dapat disejajarkan adalah Yusril Ihza Mahendra, yang juga meraih gelar Guru Besar pada usia muda.
Mahfud pun tercatat sebagai dosen tetap Fakultas Hukum UII pertama yang meraih derajat Doktor pada tahun 1993. Dia meloncat mendahului bekas dosen dan senior-seniornya di UII, bahkan tidak sedikit dari bekas dosen dan senior-seniornya yang kemudian menjadi mahasiswa atau dibimbingnya dalam menempuh pendidikan pascasarjana.
Organisasi Kemahasiswaan Kala di Bangku Kuliah
Sejak masih di bangku belajar, Mahfud sepertinya mulai tertarik dengan hingar bingar kampanye pemilu kala orde baru berkuasa. Nah, ini kemudian ditumpahkan setelah ia masuk perguruang tinggi. Mahfud lalu aktif di organisasi ekstra universiter Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Aktivitas politik praktis ala mahasiswa di kampus pun menjadi salah satu bagian keseharian dia. Hal ini dibuktikan karena selain di HMI, ia juga malang melintang di berbagai organisasi kemahasiswaan intra universiter seperti Senat Mahasiswa, Badan Perwakilan Mahasiswa, termasuk di lembaga press kampus. Atribut sebagai aktivis mahasiswa ini, tentu memungkinkan dia melampiaskan energi politik praktisnya kala itu.
Mahfud juga tercatat pernah menjadi pimpinan di majalah Mahasiswa Keadilan (tingkat Fakultas hukum - UII), serta memimpin Majalah Mahasiswa Muhibbah (tingkat universitas). Karena begitu kritis terhadap pemerintah Orde Baru, Majalah Muhibbah yang pernah dipimpinnya pernah dibreidel sampai dua kali. Pertama dibreidel oleh Pangkopkamtib Soedomo (tahun 1978) dan terakhir dibreidel oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo pada tahun 1983.
Keluarga Yang Berbahagia
Mahfud MD menikah dengan Zaizatun Nihayati (dipanggil Yatie), gadis teman kuliahnya di Fakultas Hukum UII Yogyakarta, pada tahun 1982. Yatie adalah perempuan kelahiran Jember, 18 November 1959 anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Sya’roni dan Shofiyah. Zaizatun Nihayati berijazah Sarjana Hukum dan pernah bekerja sebagai guru SMU. Tetapi ketika Mahfud diangkat menjadi menteri dan harus berpindah ke Jakarta maka pekerjaannya sebagai guru ditinggalkan, sampai sekarang.
Mahfud dan Yatie bertemu pertama kali pada 1978 saat keduanya sama-sama aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Lah, cinlok alias cinta lokasi cak! Mirip artis aja. Tenang cak Mahfud, kaule gun aghejek ta' iyeh! (saya cuma bercanda!)
Sejak 1979, keduanya mulai dekat dan akhirnya berpacaran. Hubungan keduanya bertahan lama, sehingga pada 2 Oktober 1982, Mahfud dan Yatie resmi menikah di Semboro, Tanggul, Jember. Dari pernikahan itu, Mahfud dan Yatie dikaruniai tiga orang anak. Pertama adalah Mohammad Ikhwan Zein, laki-laki kelahiran 15 Maret 1984, anak kedua adalah Vina Amalia, gadis yang lahir 15 juli 1989, dan yang ketiga, adalah Royhan Akbar, lahir 7 Februari 1991.
Semoga terus bisa mengemban amanah rakyat menegakkan panji hukum di bumi nusantara ini cak!
Salam dari Madura! (Mad Topek)
Selasa, 17 Mei 2011
Radja Nainggolan, Ikon Sepakbola Indonesia di Liga Serie A Italia
Darah Madura - Diantara pilar-pilar Cagliari, terselip satu nama yang asing bagi telinga orang Eropa, Radja Nainggolan. Ya, dari namanya saja kita sudah tahu bahwa itu nama marga orang Sumatera Utara.
Namun siapa nyana, ia bukan pemain berkewarga negaraan Indonesia. Melainkan Belgia. Ia lahir di Antwerp 23 tahun silam dari rahim seorang Belgia, namun ayahnya orang Indonesia.
Kini ia merumput di Italia bersama Cagliari sejak musim panas lalu. Ia diboyong dari Piacenza setelah Roberto Donadoni melihatnya sebagai sosok yang potensial. Meskipun bermain untuk tim papan bawah, Radja sudah sangat senang, karena memang mimpinya sejak kecil untuk menjajal Italia dengan tim manapun, bertarung dengan bintang-bintang dunia yang bertaburan di Seria-A.
Kini kabarnya ia dilirik Duo Milan dan Napoli, serta raksasa Spanyol, Real Madrid. Namun nampaknya, pemuda keturunan Batak ini masih betah di Sant’Elia, karena disinilah ia mencicipi Serie-A.
Radja yang tinggal bersama ibunya sejak kecil di Antwerp. Sementara ayahnya memilih tinggal di Bali bersama kedua saudara kembarnya. Radja sedah mengenal Sepakbola sejak balita. Ia pindah bersama ibunya ke Germinal Beerschot di usia 10 tahun. Di Beerschot inilai Radja mengenyam pendidikan sepak bola dini
“Semasa kecil, saya sangan senang bermain sepakbola, bahkan ketika baru berumur lima tahun saya sudah ikut kesebelasan kota kelahiran saya. Saat umur 10 saya pindah ke Beerschot dan mulai mendalami sepakbola pada masa remajaku,” tuturnya seperti dalam kutipan Tribalfootball, Senin (16/5/2011).
“Akhirnya, ketika saya berumur 16 tahun, agen memberitahu saya bahwa sebuah klub Italia tertarik pada saya, langsung saya terima dan pindah ke Piacenza,” lanjutnya.
“Mimpi saya jadi kenyataan: bermain di Italia. Pada awalnya, memang tak mudah, masih berusia 16 tahun tanpa kenal siapa-siapa di negeri orang, namun determinasi dan kesungguhan saya membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang saya hadapi.
Itulah awal karir saya di Italia,” tandas pemain bepostur 1,75 meter tersebut.
Pujian pun mengalir bagi Radja, mantan pelatih Cagliari, Pierpaolo Bisoli bahkan mengaku menjadi fans berat Radja.
“Dia merupakan pemain hebat. Punya kekuatan dan teknik yang baik. Dia bisa saja menjadi pemain pemain penting bagi Napoli, atau bahkan AC Milan,” tutur Bisoli.
Siapa Radja Nainggolan?
Radja lahir 4 Mei 1988. Ayahnya asli Indonesia, dan ibu berkebangsaan Belgia. Ia memulai karir sejak musim 2005/2006. Pada musim pertamanya Radja hanya tampil sekali, begitu pula pada musim kedua.
Karirnya mulai menanjak pada musim 2007/08, dengan tampil sepuluh kali mengenakan kostum Piacenza. Kini, hingga 21 November pada musim 2008/09, Radja belum pernah absen sekalipun. Dari 15 kali tampil, ia berhasil melesatkan satu buah gol di kandang Treviso, tepatnya pada 25 Oktober silam.
Pelatih Stefano Pioli menjadikannya starter di posisi gelandang dalam beberapa pertandingan. Di posisi strategis ini, Radja kerap bermain dengan Marco Calderoni, Alessio Stamilla, Pietro Visconti, ketiganya adalah pemain dari akademi sepakbola Piacenza.
Radja Nainggolan tampaknya akan menjadi harapan publik sepakbola Indonesia yang bermimpi melihat anak negerinya bermain di kompetisi elit Eropa. Namun, apakah Radja Nainggolan juga punya harapan menjadi bagian tim nasional Indonesia? Siap-siap kecewa.
GOAL.com Indonesia dibantu oleh Daniele Perticari dan Sergio Stanco dari GOAL.com Italia sehingga wawancara ini berjalan lancar. Berikut ini kutipan wawancara GOAL.com dengan Radja Nainggolan melalui telefon.
GOAL.com: Bagaimana pengalaman Anda bermain untuk Piacenza?
RADJA NAINGGOLAN: Menarik sekali bermain di sini. Ini musim yang keempat buat saya, dan ketiga di skuad utama. Saya sangat senang dan saya yakin saya bisa bermain lebih baik di masa mendatang.
Bagaimana Anda bisa menembus skuad Piacenza? Coba ceritakan sedikit perjalanan Anda ke liga Italia.
Agen saya asal Swiss, Alessandro Beltrami – agen yang berperan mendatangkan Valon Behrami ke Lazio dan kemudian West Ham United – suatu hari datang ke Belgia untuk mencari pemain-pemain berbakat. Awalnya, saya tidak tahu siapa dia, tapi saat itu saya bermain untuk GBA (singkatan dari KFC Germinal Beerschot Antwerpen, klub Liga Juplier Belgia). Dia sangat terkesan dengan penampilan saya dan bertanya apakah dia bisa diresmikan sebagai agen saya. Kemudian, saya tiba di Italia tapi semuanya jadi sulit. Sepakbola Italia jauh lebih tangguh dibanding sepakbola Belgia. Jadi saya harus bekerja lebih keras ketika latihan, dan memaksa diri beradaptasi dalam dunia baru ini.
Siapa tim atau pemain lawan paling tangguh yang pernah dihadapi Anda?
Tidak hanya satu. Banyak sekali lawan yang kuat di Italia. Sulit bagi saya untuk menyebut nama-namanya.
Anda campuran Indonesia-Belgia. Tim nasional mana pilihan Anda?
Belgia. Saya belum pernah ke Indonesia. Ayah saya orang Indonesia dan dalam waktu dekat ini saya akan ke sana untuk bertemu dengan ayah – untuk pertama kalinya di negerinya sendiri. Ia lebih sering ke sini dan ke lapangan langsung untuk melihat saya bertanding, tapi saya sendiri belum pernah ke Indonesia bersama ayah.
Jika Anda gagal menembus skuad Belgia, apakah Anda bersedia membela tim nasional Indonesia, jika tawaran itu diajukan oleh PSSI?
Saya tidak tahu. Hal ini sangat sulit karena saya masih muda dan sudah mengenakan kostum tim U-21 Belgia. Saya masih bisa memilih hingga tim senior memanggil. Saya pikir Indonesia berpeluang membangun tim yang lebih solid jika memanggil pemain-pemain Eredivisie yang tidak memperkuat timnas Belanda (seperti Irfan Bachdim). Saya pernah ditanya sekali, dalam sebuah wawancara, apakah berminat membela timnas Indonesia. Itu saja.
Apa yang Anda ketahui tentang Indonesia, sebagai negara maupun sepakbolanya?
Pengetahuan saya terhadap Indonesia sangat sedikit, karena saya belum pernah ke sana, dan saya hanya tahu sedikit mengenai makanan Indonesia.
Apakah Anda pernah berbicara dalam bahasa Indonesia?
Tentunya tidak!
Bagaimana gaya permainan Anda?
Konsentrasi penuh dengan menikmati gaya permainan yang saya terapkan. Di Belgia, saya merasa senang bersama rekan-rekan di GBA karena kami teman-teman baik. Di Italia, tekanan lebih tinggi dan lingkungannya beda, sehingga gaya permainan juga berbeda. Saya tipe orang yang ingin bercanda dan merasa senang sebelum kick-off. Dengan kondisi seperti itu, saya akan fokus untuk meraih kemenangan dan mengambil keputusan yang tepat di lapangan.
Siapa saja pemain favorit Anda?
Ronaldinho. Ia pemain yang kuat dan murah senyum. Ia selalu dalam keadaan senang, dan bagi saya itulah cara terbaik untuk menghadapi permainan hebat seperti sepakbola. Impian saya? Saya ingin bermain di Serie A (Dan impian ini sudah tercapai)
(data diadaptasi dari: tribalfootball.com dan goal.com)
Namun siapa nyana, ia bukan pemain berkewarga negaraan Indonesia. Melainkan Belgia. Ia lahir di Antwerp 23 tahun silam dari rahim seorang Belgia, namun ayahnya orang Indonesia.
Kini ia merumput di Italia bersama Cagliari sejak musim panas lalu. Ia diboyong dari Piacenza setelah Roberto Donadoni melihatnya sebagai sosok yang potensial. Meskipun bermain untuk tim papan bawah, Radja sudah sangat senang, karena memang mimpinya sejak kecil untuk menjajal Italia dengan tim manapun, bertarung dengan bintang-bintang dunia yang bertaburan di Seria-A.
Kini kabarnya ia dilirik Duo Milan dan Napoli, serta raksasa Spanyol, Real Madrid. Namun nampaknya, pemuda keturunan Batak ini masih betah di Sant’Elia, karena disinilah ia mencicipi Serie-A.
Radja yang tinggal bersama ibunya sejak kecil di Antwerp. Sementara ayahnya memilih tinggal di Bali bersama kedua saudara kembarnya. Radja sedah mengenal Sepakbola sejak balita. Ia pindah bersama ibunya ke Germinal Beerschot di usia 10 tahun. Di Beerschot inilai Radja mengenyam pendidikan sepak bola dini
“Semasa kecil, saya sangan senang bermain sepakbola, bahkan ketika baru berumur lima tahun saya sudah ikut kesebelasan kota kelahiran saya. Saat umur 10 saya pindah ke Beerschot dan mulai mendalami sepakbola pada masa remajaku,” tuturnya seperti dalam kutipan Tribalfootball, Senin (16/5/2011).
“Akhirnya, ketika saya berumur 16 tahun, agen memberitahu saya bahwa sebuah klub Italia tertarik pada saya, langsung saya terima dan pindah ke Piacenza,” lanjutnya.
“Mimpi saya jadi kenyataan: bermain di Italia. Pada awalnya, memang tak mudah, masih berusia 16 tahun tanpa kenal siapa-siapa di negeri orang, namun determinasi dan kesungguhan saya membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang saya hadapi.
Itulah awal karir saya di Italia,” tandas pemain bepostur 1,75 meter tersebut.
Pujian pun mengalir bagi Radja, mantan pelatih Cagliari, Pierpaolo Bisoli bahkan mengaku menjadi fans berat Radja.
“Dia merupakan pemain hebat. Punya kekuatan dan teknik yang baik. Dia bisa saja menjadi pemain pemain penting bagi Napoli, atau bahkan AC Milan,” tutur Bisoli.
Siapa Radja Nainggolan?
Radja lahir 4 Mei 1988. Ayahnya asli Indonesia, dan ibu berkebangsaan Belgia. Ia memulai karir sejak musim 2005/2006. Pada musim pertamanya Radja hanya tampil sekali, begitu pula pada musim kedua.
Karirnya mulai menanjak pada musim 2007/08, dengan tampil sepuluh kali mengenakan kostum Piacenza. Kini, hingga 21 November pada musim 2008/09, Radja belum pernah absen sekalipun. Dari 15 kali tampil, ia berhasil melesatkan satu buah gol di kandang Treviso, tepatnya pada 25 Oktober silam.
Pelatih Stefano Pioli menjadikannya starter di posisi gelandang dalam beberapa pertandingan. Di posisi strategis ini, Radja kerap bermain dengan Marco Calderoni, Alessio Stamilla, Pietro Visconti, ketiganya adalah pemain dari akademi sepakbola Piacenza.
Radja Nainggolan tampaknya akan menjadi harapan publik sepakbola Indonesia yang bermimpi melihat anak negerinya bermain di kompetisi elit Eropa. Namun, apakah Radja Nainggolan juga punya harapan menjadi bagian tim nasional Indonesia? Siap-siap kecewa.
GOAL.com Indonesia dibantu oleh Daniele Perticari dan Sergio Stanco dari GOAL.com Italia sehingga wawancara ini berjalan lancar. Berikut ini kutipan wawancara GOAL.com dengan Radja Nainggolan melalui telefon.
GOAL.com: Bagaimana pengalaman Anda bermain untuk Piacenza?
RADJA NAINGGOLAN: Menarik sekali bermain di sini. Ini musim yang keempat buat saya, dan ketiga di skuad utama. Saya sangat senang dan saya yakin saya bisa bermain lebih baik di masa mendatang.
Bagaimana Anda bisa menembus skuad Piacenza? Coba ceritakan sedikit perjalanan Anda ke liga Italia.
Agen saya asal Swiss, Alessandro Beltrami – agen yang berperan mendatangkan Valon Behrami ke Lazio dan kemudian West Ham United – suatu hari datang ke Belgia untuk mencari pemain-pemain berbakat. Awalnya, saya tidak tahu siapa dia, tapi saat itu saya bermain untuk GBA (singkatan dari KFC Germinal Beerschot Antwerpen, klub Liga Juplier Belgia). Dia sangat terkesan dengan penampilan saya dan bertanya apakah dia bisa diresmikan sebagai agen saya. Kemudian, saya tiba di Italia tapi semuanya jadi sulit. Sepakbola Italia jauh lebih tangguh dibanding sepakbola Belgia. Jadi saya harus bekerja lebih keras ketika latihan, dan memaksa diri beradaptasi dalam dunia baru ini.
Siapa tim atau pemain lawan paling tangguh yang pernah dihadapi Anda?
Tidak hanya satu. Banyak sekali lawan yang kuat di Italia. Sulit bagi saya untuk menyebut nama-namanya.
Anda campuran Indonesia-Belgia. Tim nasional mana pilihan Anda?
Belgia. Saya belum pernah ke Indonesia. Ayah saya orang Indonesia dan dalam waktu dekat ini saya akan ke sana untuk bertemu dengan ayah – untuk pertama kalinya di negerinya sendiri. Ia lebih sering ke sini dan ke lapangan langsung untuk melihat saya bertanding, tapi saya sendiri belum pernah ke Indonesia bersama ayah.
Jika Anda gagal menembus skuad Belgia, apakah Anda bersedia membela tim nasional Indonesia, jika tawaran itu diajukan oleh PSSI?
Saya tidak tahu. Hal ini sangat sulit karena saya masih muda dan sudah mengenakan kostum tim U-21 Belgia. Saya masih bisa memilih hingga tim senior memanggil. Saya pikir Indonesia berpeluang membangun tim yang lebih solid jika memanggil pemain-pemain Eredivisie yang tidak memperkuat timnas Belanda (seperti Irfan Bachdim). Saya pernah ditanya sekali, dalam sebuah wawancara, apakah berminat membela timnas Indonesia. Itu saja.
Apa yang Anda ketahui tentang Indonesia, sebagai negara maupun sepakbolanya?
Pengetahuan saya terhadap Indonesia sangat sedikit, karena saya belum pernah ke sana, dan saya hanya tahu sedikit mengenai makanan Indonesia.
Apakah Anda pernah berbicara dalam bahasa Indonesia?
Tentunya tidak!
Bagaimana gaya permainan Anda?
Konsentrasi penuh dengan menikmati gaya permainan yang saya terapkan. Di Belgia, saya merasa senang bersama rekan-rekan di GBA karena kami teman-teman baik. Di Italia, tekanan lebih tinggi dan lingkungannya beda, sehingga gaya permainan juga berbeda. Saya tipe orang yang ingin bercanda dan merasa senang sebelum kick-off. Dengan kondisi seperti itu, saya akan fokus untuk meraih kemenangan dan mengambil keputusan yang tepat di lapangan.
Siapa saja pemain favorit Anda?
Ronaldinho. Ia pemain yang kuat dan murah senyum. Ia selalu dalam keadaan senang, dan bagi saya itulah cara terbaik untuk menghadapi permainan hebat seperti sepakbola. Impian saya? Saya ingin bermain di Serie A (Dan impian ini sudah tercapai)
(data diadaptasi dari: tribalfootball.com dan goal.com)
Langganan:
Postingan (Atom)