Rabu, 11 April 2012
Batu Mulia di Rawa Bening
Saya punya cincin bagus. Murah, cuma 15 juta,kata seorang lelaki gendut berkacamata seraya mengambil dompet beludru merah dari kolong meja.
Dia keluarkan sebentuk cincin laki-laki bermata batu berwarna biru langit dengan taburan permata di sekelilingnya. Batu safir. Asli! katanya kepada seorang perempuan yang berdiri takjub menyaksikan beragam warna dan motif batu permata yang digelar di atas meja kayu yang kusam di Pasar Batu Aji dan Permata Rawa Bening, Jatinegara, pada suatu siang pekan lalu.
Di pasar ini hampir tidak ada perbedaan berarti antara batu yang di taruh di meja kayu dan yang dipajang di dalam lemari kaca. Semua batu itu memancarkan aneka rupa keindahan. Ibarat sidik jari manusia, motif atau gambar yang unik di dalam sebuah batu juga tidak ada yang sama dengan yang lain.
Kemasyhuran pasar pusat penjualan aneka batu alam batu aji dan permata di depan Stasiun Kereta Api Jatinegara, Jakarta Timur, itu sudah menembus batas negara, paling tidak untuk kawasan Asia. Menjelang akhir tahun 1990-an, pasar ini sering disambangi turis dari China, Jepang, Korea, Taiwan, dan Malaysia. Turis Malaysia lebih menyukai batu asli Indonesia. Pelancong Jepang lebih mementingkan keaslian batu.
Tetapi kini turis enggan datang ke pasar itu. Pengunjung Pasar Rawa Bening sekarang umumnya orang Indonesia sendiri. Selain kolektor batu, pengunjung datang dari aneka profesi. Bahkan juga ada ajudan menteri.
Bebatuan yang dijual di Pasar Rawa Bening terbilang lengkap dan untuk berbagai keperluan, baik untuk permata cincin, gelang, liontin, anting, maupun buat hiasan kepala ikat pinggang. Di sini bisa dijumpai batu-batu mulia yang sangat terkenal seperti ruby (mirah), sapphire (safir), cat̢۪s eye (mata kucing), emerald (zamrud), dan jade (giok). Batu berharga jutaan hingga ratusan juta rupiah ini didatangkan dari Myanmar, Sri Lanka, atau Kolombo.
Ruby, misalnya, berasal dari Myanmar. Nama ruby berasal dari kata Latin, ruber yang berarti merah. Ia dinamai begitu karena bila disinari cahaya ultraviolet 1 watt, batu ini akan berpijar. Safir banyak didatangkan dari Sri Lanka. Meski cahayanya tidak secemerlang mirah, warna biru langit batu ini disukai banyak orang.
Emerald yang berasal dari Kolombo dipercaya sebagai batu penolak bala. Bila emerald terjatuh saat dikenakan, bagi orang yang percaya, itu adalah pertanda akan terjadinya sesuatu yang tidak dikehendaki.
Harga jual batu dihitung per 200 mg. Bila tampilan batu itu jernih serta mengeluarkan star bintang saat terkena sinar, harganya makin tinggi. Cats eye, batu mata kucing dari Sri Lanka, termasuk batu yang sulit didapat. Dari batu itu timbul garis, persis seperti pupil mata kucing berbentuk garis lurus pada saat terkena cahaya. Harganya sangat mahal.
Di Indonesia hampir semua pulau menghasilkan bebatuan yang dapat dijadikan perhiasan. Lampung dan Kalimantan, misalnya, menghasilkan amatis atau kecubung. Banten kaya akan kalimaya atau opal. Garut, Sukabumi, Pacitan, dan Lampung menghasilkan agate (akik) dengan motif dan warna beraneka rupa.
Akik, yang umumnya dipotong model biji petai, selain karena warnanya yang indah, disukai karena gambar atau motif yang muncul di dalam atau di permukaan batu. Nama yang diberikan pun sesuai dengan fisiknya. Badar susu, misalnya, adalah nama untuk akik putih seperti susu.
Berbeda dengan batu mulia, harga akik relatif lebih murah. Ada yang dapat diperoleh hanya dengan uang Rp 5.000. Namun, harga sebuah akik dengan gambar atau motif tertentu dapat menjadi tidak ternilai bila sudah berada di tangan kolektor. Berapa pun harga yang ditawarkan, sang empunya bisa saja enggan melepaskan.
Para pedagang di pasar perhiasan Rawa Bening ini kebanyakan berasal dari Kalimantan, Padang, Banten, dan Sukabumi. Selain batu, mereka juga menjual ikatan, yakni cincin perak, baja putih, dan stainless steel yang belum dipasangi permata. Motifnya pun beragam. Ada yang disebut dengan gigi bajing, yakni ikatan berupa gigi tupai yang melingkar di sekeliling batu. Ada pula yang disebut gigi empat. Batu permata hanya pegang oleh empat gigi. Juga ada ikatan bukan berupa gigi, logam pengikat menempel rapat di sekeliling batu, yang disebut sebagai model duduk.
Motif ikatan pun beragam. Pada motif Lady Di, misalnya, batu sebagai permata utama dikelilingi oleh batu mulia lain seperti berlian, cubic zirconia, atau american diamond. Juga ada motif sisik naga, cincin dibuat seperti bersisik.
Sama seperti batu, harga ikatan ini bergantung pada motif dan modelnya. Makin tinggi tingkat kesulitan pembuatan, makin mahal harga yang diminta. Harga ikatan perak motif Lady Di bergerak antara Rp 75.000 dan Rp 125.000. Tetapi kalau dipesan, motif seperti itu bisa berharga Rp 125.000 sampai Rp 250.000.
Di pasar ini juga dijual batu perhiasan dalam bentuk bongkahan. Untuk memecahkan bongkahan itu dan menemukan keindahan di dalamnya, pembeli bisa mendatangi perajin batu yang menyediakan jasa pemotongan, penggosokan, dan pemolesan. Upahnya bervariasi. Tarif sekali potong Rp 5.000. Kalau diperlukan lima kali pemotongan, tentulah biayanya menjadi Rp 25.000. Tarif ini akan lebih mahal untuk batu dengan tingkat kesulitan pemotongan yang tinggi. Harga jasa penggosokan dan pemolesan lebih murah, Rp 10.000 per batu.
Meski sudah menjadi pusat perdagangan bebatuan di Jakarta, Pasar Rawa Bening belum memiliki tempat pembuatan sertifikat yang menjamin keaslian batu. Mereka yang menginginkan sertifikat itu harus membawa batu itu ke badan sertifikasi. Salah satunya badan sertifikasi swasta yang berkantor di Kompleks Harmoni Plaza, Jakarta Pusat. Biaya pembuatan sertifikat, yang hanya dikeluarkan bila batu itu asli, bertarif minimal Rp 350.000.
Harga batu perhiasan ditentukan oleh jenis, corak, sinar, keindahan, dan keunikannya. Kelangkaan juga turut menentukan. Tetapi pada akhirnya yang membuat harga menjadi tidak mengenal patokan adalah hasrat untuk memiliki batu itu sendiri.
Mengoleksi bebatuan bukanlah kegemaran yang murah. Batu idaman bagi para penggemarnya adalah koleksi, tempat kepuasan dan gengsi digantungkan. Para pedagang di Pasar Batu Aji dan Permata Rawa Bening hidup dari mereka yang bersedia mengeluarkan biaya demi hasrat dan kepuasan itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar