Tampilkan postingan dengan label Jelajah Madura. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jelajah Madura. Tampilkan semua postingan

Kamis, 16 Februari 2012

Kontes Ayam Kekok, Ayam Jantan Lokal Madura Yang Bersuara Merdu

Bumi Madura - Ayam kekok, yakni ayam jantan lokal Madura, kian diminati oleh para pencinta ayam di pulau garam tersebut. Karena memiliki suara khas, kontes ayam kekok yang mengadu keindahan lengkingan suara ayam ini pun makin sering digelar. Apalagi, jika berhasil menyabet gelar juara, dijamin harganya akan melonjak tinggi.

Kontes ayam kekok biasanya digelar di lapangan desa setempat. Kontes ini sering digelar oleh para pencinta ayam jantan di Bangkalan, Madura, untuk mengadu keindahan suara ayam mereka masing – masing. Saat ada kontes ayam kekok digelar, para penggemar ayam yang hendak ikut kontes pun berdatangan dari kabupaten lain di Madura selain kabupaten Bangkalan tentunya.

Adi Suryo, salah seorang penggemar ayam kekok asal Tanjung Bumi, Bangkalan, menurutkan, ayam kekok memiliki keunikan suara dibandingkan dengan ayam jantan biasa. Saat diadu, ayam kekok dikategorikan menjadi dua, yakni ayam kekok yang bersuara lengkingan pendek dan yang bersuara lengkingan panjang.
Adi Suryo menambahkan, aspek penilaian dari kontes ini pun terdiri atas warna atau irama suara yang menjadi faktor dominan dari suara ayam kekok itusendiri. Sementara aspek penilaian kedua adalah jenis suara, yakni tebal tipisnya suara dan panjang pendeknya suara ayam.

Dalam kontes ayam kekok, selain jumlah suara dan keindahan suara yang keluar saat diadu, penampilan fisik ayam yang bersih dan gagah juga menjadi faktor penentu kemenangan.
Hal yang unik lainnya, ayam kekok ini mendapat perlakuan atau perawatan istimewa dari pemiliknya. Makanan yang dikonsumsi setiap harinya pun juga sangat diperhatikan termasuk jamu atau ramuan tertentu bagi sang ayam menjelang kontes digelar. Sayang Adi Suryo enggan memberikan resep ramuan ayamnya tersebut. “Itu rahasia, mas”, ujar Adi Suryo sambil tersenyum.
Bagi sebagian pemilik ayam kekok, kontes ayam kekok ini juga menjauhkan para penggemar ayam dari unsur penyiksaan terhadap hewan dan tidak melanggar hukum. Seperti halnya yang terjadi pada ayam aduan saat diadu dalam arena judi sabung ayam misalnya.

Sementara bagi ayam kekok yang berhasil keluar sebagai pemenang, bisa mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya. Maklum, harga satu ekor ayam kekok juara bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Padahal harga ayam jantan biasa hanya puluhan ribuan rupiah. (Mad Topek)

Senin, 13 Februari 2012

Catatan Seorang Jurnalis: Mendaki Bukit Sarang Judi Sabung Ayam (Bag. Kedua)

Bumi Madura – Tulisan ini adalah tulisan kedua saya seputar pengalaman pribadi di lapangan sebagai salah seorang ‘buruh’ berita. Sengaja saya bikin catatan ini bertepatan dengan Hari Pers Nasional (HPN) ke 66 tanggal 09 Februari 2012 kemarin. Jika sebelumnya cerita dikejar celurit (Catatan Seorang Jurnalis: Tak Ada Berita Seharga Nyawa! (Bagian I)), kali ini saya sajikan pengalaman saya ikut penggrebekan sarang judi sabung ayam di kawasan perbukitan salah satu kecamatan di Bangkalan (lokasi tepatnya gak usah disebut ya…).

Sebelum saya bercerita, ada yang perlu diketahui. Jurnalisme TV seperti yang saya jalani adalah bagaimana menyajikan gambar (visual) atau dengan kata lain visualisasi berita. Lain halnya dengan jurnalisme media cetak yang hanya memberitakan lewat tulisan meski sesekali harus ada fotonya. TV sangat memprioritaskan penyajian visual/ gambar saat memberitakan sesuatu. Maka menjadi keharusan, semakin bagus gambar dari suatu berita, maka akan semakin sempurnalah berita yang disajikan tersebut.

Wajar jika kemudian saya dan teman-teman jurnalis TV lainnya harus rela blusukan untuk mendapatkan gambar terbaik dari berita yang hendak kami kirim. Nah, saya hendak ikut penggrebekan judi sabung ayam hingga ke lokasi, ya karena hal tersebut.

Oke, saya mulai catatan kali ini. Saya lupa tanggalnya, yang pasti bulan juni 2009. Hari itu sudah siang sekitar jam 11.00 WIB. Saya belum dapat satu berita pun. Saya kemudian coba-coba datang ke Satreskrim Polres Bangkalan. Kali aja ada yang bisa jadi berita. Ngobrol sana-sini sama beberapa teman anggota buser reskrim. Kemudian salah satu dari mereka tanya dalam bahasa Madura, “pola noro’ah be’en Fik? (Mungkin kamu mau ikut Fik?)”.
(Keterangan foto: ini dia foto kenang-kenangan kami di kawasan perbukitan wilayah Bangkalan Utara. Kanan kiri kami itu hutan lebat. dan pastinya gelap gulita. Lampu penerangan hanya mengandalkan lampu mobil dan senter kecil yang sempat dibawa para dulur-dulur polisi iki.)

Setelah saya tanya balik mau kemana, mereka bilang mau ada penggrebekkan 303 ayam (angka 303 adalah pasal perjudian di KUHP). Okelah, aku ikut. Setelah ijin ke Kanit Opsnal Reskrim, akhirnya memang saya putuskan ikut meski saya belum tahu pasti dimana lokasinya. Setahu saya, lokasi sabung ayam di Bangkalan kalau gak di wilayah timur ya di wilayah Bangkalan utara.

Sekitar jam 12.00 WIB kami berangkat. Benar dugaan ku, ternyata memang ke wilayah Bangkalan Utara. Ada tiga mobil saat itu yang hendak meluncur ke lokasi. Satu mobil isi penuh teman2 Sat Intelkam, Satu mobil isi penuh anggota Sat Reskrim. Sementara Satu mobil lagi, yakni mobil Carry Pick Up hanya isi dua orang anggota Reskrim. Aku naik mobil kedua. Jadi dalam rombongan tiga mobil ini hanya saya yang jurnalis, selebihnya ya polisi semua.Mobil yang kami tumpangi terus meluncur ke utara.

Rombongan ini kemudian berhenti di sebuah warung makan. Sambil makan, para anggota polisi itu berembug cara masuk lokasi dan memetakan lokasi maupun kondisi lapangan. Saya tidak terlalu mendengarkannya. Saya kemudian mengobrol sambil ngopi dengan salah satu anggota reskrim (sebut saja namanya Abdul) di salah satu pojok warung (warung makannya lumayan besar dan luas).

“Hayo makan dulu mas”, ujar si Abdul. “Ah gak usah. Masih kenyang,” jawabku. “Hehehe awas loh di lokasi gak ada warung makan. Makanya kenyangin disini aja”, terang Abdul. Aku Cuma senyum aja dan tetap gak makan. Lagi males.

Usai makan dan siap, kami terus meluncur. Dari jalur jalan beraspal mulus, rombongan belok kanan melewati jalanan desa dengan jalan aspal rusak bahkan kemudian hanya berupa jalan berbatu (jalur/ jalan, dan lokasinya sekali lagi tidak saya sebutkan). Yang pasti, jalur yang kami lewati sebenarnya bukan jalur yang lazim. Hal ini dilakukan untuk menghindari perhatian warga. Kali ini saya naik mobil ketiga, carry pick up. Di mobil ini dinaiki tiga orang duduk di depan semua. Karena jalannya berbatu dan menanjak, mobil pick up yg saya tumpangi tertinggal jauh dengan dua mobil lainnya. Sementara cuaca yang sbelumnya cerah berubah menjadi hitam pekat. Lalu hujan deras pun turun!!!
Wuiiiih…….udah menanjak, jalan berbatu ini pun kini mulai licin. Alhasil, mobil pick up yang kami tumpangi kesulitan. Bahkan sesekali terjebak jalan becek. Karena tidak kuat menanjak, saya dan seorang teman Reskrim (dia tinggi besar orangnya dan masih muda) nekad turun dari dalam mobil. Kami berdua mendorong mobil pick up kami dibawah guyuran hujan deras. Sementara seorang teman Reskrim tetap di dalam memegang setir. Kamera dan jaket saya taruh di dalam biar gak kehujanan.

Meski basah kuyup, akhirnya mobil bisa jalan lagi. Karena basah, kami berdua naik di belakang (bak mobil pick up). Bahkan bertelanjang dada. Hujan terus turun dengan deras. Baru beberapa meter, mobil tidak kuat lagi naik. Kami berdua pun turun mendorong lagi. Begitulah terjadi berkali-kali hingga akhirnya hujan berhenti.

Sepanjang perjalanan, kami bertemu warga-warga setempat. Mereka mengira kami juga mau datang untuk ikutan berjudi sabung ayam. Tapi itu yang memang kami inginkan agar tidak ketahuan. Bahkan dua pistol revolver milik kedua teman reskrim ku disembunyikan di balik jok agar tidak ketahuan warga.

Mobil kami kemudian berhenti di dekat sungai kecil menuju lokasi. Kenapa? Haaaaa…..ternyata jembatan kecil di atas sungai tersebut sudah dibongkar!!! Papan jembatan sudah hilang! Dari hasil pemeriksaan, kami bertiga berkesimpulan bahwa papan-papan jembatan tersebut baru saja dibongkar. Kemungkinan dibongkar setelah dua mobil rombongan teman kami melewatinya. Karena kami tidak melihat kedua mobil tersebut. Sementara di samping kanan-kiri kami, berupa hutan lebat.
Siapa yang membongkar? Menurut kedua teman reskrim ku tersebut, papan-papan jembatan ini dibongkar oleh warga agar mobil polisi lainnya tidak bisa lewat menuju lokasi sabung ayam. Dan ini biasa terjadi. Dari tempat jembatan ini, lokasi sabung ayam yang kami tuju masih 5 hingga 10 km lagi diatas bukit. Itu pun jalan nya pun berbatu. Akhirnya kami putuskan menunggui mobil kami.

Sekitar setengah jam kemudian, rombongan polisi lain datang dari Polres Bangkalan. Mereka terdiri atas 3 truk dan 2 mobil patrol polisi yang berisi penuh anggota. Rombongan ini merupakan back up group saat melakukan penggrebekan yang memang sengaja diberangkatkan belakangan. Tapi sama halnya dengan kami, rombongan besar ini tak bisa melanjutkan perjalanan menuju lokasi karena papan-papan jembatan yang sudah dicopotin semua.

Sambil duduk-duduk, seorang anggota polisi bercerita. Para penjudi sabung ayam maupun pemilik tempat judinya, biasanya memang menaruh orang di jalan beberapa kilometer dari lokasi. Ini dilakukan agar jika ada ‘orang mencurigakan’ (polisi maksudnya) cepat bisa terdeteksi. Dengan arti lain, mata-mata ini memiliki peran penting untuk mencegah terjadinya penggrebekan oleh polisi.

Dari beberapa perbincangan dengan beberapa orang termasuk polisi, ada banyak factor kenapa judi sabung ayam sulit diberantas dan sulit untuk di-grebek. Pertama, lokasi sabung ayam biasanya di kawasan perbukitan yang memiliki medan berat, termasuk jalan yang menuju lokasi. Dengan begitu otomatis akan mempersulit polisi saat melakukan penggrebekan.

Factor kedua, adanya orang-orang (mata-mata) yang ditaruh di sepanjang jalan menuju lokasi judi sabung ayam. Seperti yang saya sebutkan, mata-mata ini sengaja di’berdayakan’ oleh para penjudi agar bisa mendeteksi sedini mungkin kedatangan polisi. Merekalah kemudian yang akan mengabarkan ke para penjudi jika ada polisi yang hendak masuk lokasi. Dengan begitu, ada cukup waktu bagi para penjudi untuk segera bubar dan melarikan diri.

Faktor ketiga, polisi nakal! Judi sabung ayam akan sulit digrebek, jika ada anggota polisi yang sudah membocorkan terlebih dahulu kepada para penjudi. Jika rencana penggrebekan sudah bocor, maka polisi yang datang ke lokasi tidak akan memperoleh hasil apapun.

Factor ke empat, setoran! Nah ini dia….. Judi sabung ayam akan sulit diberantas. Lokasi sabung ayam tersebut akan aman dari penggrebekan polisi jika para penjudinya selalu menyetor ke aparat kepolisian. Siapa saja yang menerima? Nah, no komen saya! Hehehe Tafsirkan sendiri!

Saya pikir sampai disini saja catatan saya. Ceritanya kagak usah diterusin. Panjang ceritanya termasuk saat kami kembali kehujanan di tengah hutan gelap gulita!Yang pasti kami pulang kembali ke kota Bangkalan sekitar jam 19.30 WIB. Catatan bagian kedua ini sekaligus bagian terakhir. Insyaallah setahun lagi tepat hari Pers Nasional 2013 saya tulis lagi catatan jurnalisme saya. (Mad Topek)

Jumat, 13 Januari 2012

Puluhan Hiu Tutul Muncul di Selat Madura

Bumi Madura - Warga Sampang, Madura, dihebohkan dengan kemunculan puluhan hiu tutul di perairan pantai Camplong, Sampang, Selat Madura. Puluhan hiu tutul tersebut mulai nampak di perairan pantai camplong sejak jumat siang (13/01/2012). Meski terlihat dari bibir pantai, banyak warga yang penasaran. Mereka pun menyewa perahu nelayan untuk bisa melihat lebih dekat.


Ikan yang berukuran cukup besar ini memang terlihat menakjubkan. Mereka tampak asyik berenang dan tidak merasa terganggu dengan kehadiran warga yang mendekat dengan perahu nelayan.

Kawanan hiu tutul ini pun tidak agresif dan terlihat jinak tidak seperti jenis hiu lainnya yang biasanya ganas. Bahkan ikan dengan kulit hitam bintik-bintik putih ini mendekat beberapa kali ke perahu nelayan.
Tidak heran jika kemunculan kawanan hiu tutul ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga untuk melihat secara lebih dekat.

“Penasaran, mas. Dilihat dari dekat asyik juga. Mereka juga bersahabat dengan manusia”, ujar Wawan, warga kota Sampang yang turut bersama warga lain naik perahu nelayan untuk melihat hiu tutul tersebut.

Di kalangan nelayan Madura, hiu tutul ini biasa disebut jukok kek-pakek. Sejumlah nelayan mengatakan, biasanya hiu tutul memang muncul di Selat Madura kala musim penghujan. Namun kemunculannya kali ini lebih banyak dari tahun sebelumnya.

“Tahun kemarin juga ada, mas. Tapi hanya beberapa ekor. Tahun sebelumnya juga begitu. Kali ini saja yang cukup banyak hingga puluhan ekor. Kayaknya lebih dari 20 ekor”, kata Supriyadi, salah seorang nelayan pantai Camplong.
Yang membuat menarik lagi, munculnya hiu tutul ini dipercaya akan membawa keberuntungan bagi para nelayan setempat yaitu akan mendapatkan tangkapan ikan yang melimpah.

Rombongan ikan tutul ini diperkirakan akan berada di perairan pantai Camplong, Sampang, selama beberapa hari kedepan. Jadi buat anda yang tertarik, ada baiknya mengunjungi pantai Camplong akhir pekan ini. (Mad Topek)

Minggu, 13 November 2011

Wisata Garam, Paket Wisata Baru Untuk Pelancong di Pulau Madura

Darah Madura – Inovasi dan kreasi menjadi titik untuk terus memacu pertumbuhan masyarakat, termasuk di sector wisata. Hal ini pula yang dilakukan oleh Pemkab Sumenep, kabupaten yang terletak paling ujung timur pulau Madura. Kali ini Sumenep menelorkan gagasan wisata garam bagi para pelancong, utamanya dari luar Sumenep.

Lokasi yang dibidik untuk wisata garam tersebut berada di lahan pegaraman seluas 5 hektar milik PT Garam (persero) Kalianget – Sumenep tepatnya di desa Nambakor. Pemilihan lokasi ini PT Garam sebagai pemilik lahan.
Rencananya, paket wisata garam ini menawarkan kunjungan ke lahan garam untuk mendapat penjelasan langsung proses pembuatan garam yang memang tidak atau jarang diketahui oleh masyarakat umum.Selain itu dilokasi tersebut akan dibangun tempat pemancingan serta wisata kuliner sea food. Belum lagi di lokasi ini juga terdapat sejumlah bangunan kuno yang diantaranya merupakan bangunan atau kantor garam peninggalan Belanda yang juga layak dikunjungi untuk menambah pengetahuan tentang sejarah pegaraman di Madura.

Upaya pengembangan wisata garam ini pun mendapat dukungan penuh dari PT Garam. Menurut Farid Zahid, Humas PT Garam, pihak menyambut baik niatan Pemkab Sumenep tersebut demi kemajuan wisata daerah ke depannya. PT Garam pun masih menunggu konsep dan bentuk kerjasama paket wisata garam ini antara pihak PT Garam dengan Pemkab Sumenep.
Sementara Bupati Sumenep, Busyro Karim menuturkan, pihaknya saat ini tengah mempersiapkan memorandum of understanding (MOU) alias nota kesepahaman antara kedua pihak. Rencananya, status lahan tersebut nantinya adalah sewa pakai atau pinjam pakai.

Paket wisata garam ini diharapkan bakal meningkatkan kunjungan wisata ke daerah Sumenep nantinya, baik wisatawan local maupun mancanegara. Apalagi dengan adanya jembatan Suramadu yang terletak di kabupaten Bangkalan, arus kunjungan wisata dari luar Madura pastinya akan lebih banyak dating berkunjung ke setiap lokasi wisata di Madura. (Mad Topek)
Wisata Madura Yang Paling Kesohor, Kerapan Sapi Atau BullRace

Jumat, 07 Oktober 2011

Jadwal Kerapan Sapi di Madura Tahun 2011

Darah Madura -  Nah, kalau yang ini jadwal kerapan sapi untuk tahun 2011. Sebagaimana tradisi biasanya, pagelaran kerapan sapi memang biasa digelar pasca panen tembakau di pulau Madura. Semoga banyak yang datang ya.....

Kami sajikan jadwal ini merupakan upaya sosialisasi kami sebagai putra Madura yang ingin tradisi leluhur kami ini tetap langgeng dan bisa disaksikan orang banyak, utamanya yang dari luar Madura.

JADWAL KERAPAN SAPI TRADISIONAL se Madura Tahun 2011



 (Penyisihan Tingkat Kawedanan)
Kabupaten BANGKALAN
11 September 2011 Galis Minggu 09.00 WIB Ds. Banyubunih
17 September 2011 Arosbaya Sabtu 09.00 WIB Ds. Muara
21 September 2011 Sepulu Rabu 09.00 WIB Ds. Sepulu
25 September 2011 Tanah Merah Minggu 09.00 WIB Ds. Petrah
27 September 2011 Socah Selasa 09.00 WIB Ds. Sangra Agung
09 Oktober 2011 Tingkat Kabupaten Minggu 09.00 WIB Ds. Bancaran

SAMPANG
11 September 2011 Pangarengan Minggu 09.00 WIB Ds. Pangarengan
13 September 2011 Kedungdung Selasa 09.00 WIB Ds. Muktasareh
18 September 2011 Ketapang Minggu 09.00 WIB Ds. Ketapang Barat
25 September 2011 Sampang (Pangarengan) Minggu 09.00 WIB Ds. Pangarengan
09 Oktober 2011 Tingkat Kabupaten Minggu 09.00 WIB Kecamatan Ketapang

PAMEKASAN
11 September 2011 Waru Minggu 09.00 WIB Ds. Waru Barat
15 September 2011 Pegantenan Kamis 09.00 WIB Ds. Tebul
18 September 2011 Galis Minggu 09.00 WIB Ds. Bulay
25 September 2011 Pamekasan Minggu 09.00 WIB Ds. Lawangan Daya
09 Oktober 2011 Tingkat Kabupaten Minggu 09.00 WIB Stadion R. Soenarto

SUMENEP
11 September 2011 Bluto Minggu 09.00 WIB Ds. Bungbungan
13 September 2011 Batu Putih Senin 09.00 WIB Ds. Batu Putih Lao'
15 September 2011 Guluk-Guluk Selasa 09.00 WIB Ds. Guluk - guluk
18 September 2011 Pasongsongan Rabu 09.00 WIB Ds. Pasongsongan
20 September 2011 Nonggunong Kamis 09.00 WIB Ds. Gayam
25 September 2011 Kota Sumenep Minggu 09.00 WIB Ds. Pangarangan
09 Oktober 2011 Tingkat Kabupaten Minggu 09.00 WIB Ds. Pangarangan

Penyisihan TINGKAT KABUPATEN
09 Oktober 2011
Kab. Bangkalan Minggu 09.00 WIB Ds. Bancaran Kab. Sampang Minggu 09.00 WIB Kec. Ketapang
Kab. Pamekasan Minggu 09.00 WIB Stadion R. Soenarto
Kab. Sumenep Minggu 09.00 WIB Ds. Pangarangan

Ferstival Sapi Sono' SE MADURA
22 Oktober 2011 Festival Sapi Sono' Sabtu 09.00 WIB Lapangan Depan Kantor Bakorwil Pamekasan

KERAPAN SAPI se-Madura
23 Oktober 2011 Minggu 09.00 WIB Stadion R. Soenarto Hadiwidjojo Pamekasan

Konfirmasi: Sumenep : (0328) 667148
Pamekasan : (0324) 321497
Sampang : (0323) 321059
Bangkalan : (031) 3097065

CATATAN: Perubahan jadwal bisa terjadi utamanya yang tingkat kecamatan/ kawedanan


Terima Kasih alias Mator Sakalangkong, gan! Selamat menonton! (Mad Topek)

Jumat, 09 September 2011

Pangeran Ongguk, Raja Madura Yang Masuk Islam Hanya Dengan Cara Menggangguk

Darah Madura - Penyebaran agama Islam di tanah Madura tidak bisa lepas dari perjalanan sejarah kerajaan di wilayah Madura Barat. Raden Pragalbo sang penguasa Kraton Plakaran (sekarang masuk wilayah Kabupaten Bangkalan) dikenal dengan julukan Pangeran Ongguk. Satu hal yang unik, Raden Pragalbo masuk Islam hanya dengan cara mengangguk.

Makam sang pangeran terletak di kompleks Pemakaman Agung atu pasarean di kecamatan Arosbaya – Bangkalan bersama sejumlah kerabat kerajaan lainnya. Kompleks pemakaman ini diakui sebagai salah satu cagar purbakala yang juga terdaftar di Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur.

Sebagai salah satu keturunan raja Majapahit, Brawijaya V, Raden Pragalbo adalah pemeluk Hindu yang taat begitu pula rakyatnya pada tahun 1531 masehi.
Masuknya Islam ditandai ketika putra mahkota, Raden Pratanu, menuntut ilmu di Kudus – Jawa Tengah. Ilmu yang beliau dalami adalah sebuah agama baru yang disebarkan para wali songo. Keputusan sang pangeran untuk mondok di Kudus ini atas permintaan Sunan Kudus dan memang diijinkan oleh Raden Pragalbo atau ayahanda Raden Pratanu.

Meski begitu, agama Islam tetap sulit berkembang di Madura khususnya di wilayah bagian barat karena keengganan Raden Pragalbo sebagai raja untuk memeluk islam. Bahkan rayuan putr mahkota Raden Pratanu tidak menggoyahkan hati sang raja.

Hingga tiba saatnya saat Raden Pragalbo mulai sepuh dan sakit-sakitan. Sebagai seorang anak yang berbakti, Raden Pratanu terus menemani sang ayah sambil berupaya membimbing beliau agar mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai syarat utama masuk Islam.
Pada suatu saat, Raden Pragalbo tiba-tiba menganggukkan kepala kala Raden Pratanu sedang membimbingnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Upaya mengangguk kepala ini sebagai isyarat bahwa beliau setuju masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut dalam hati. Hal ini dilakukan karena penyakit sang raja sudah sedemikian parah hingga tidak bias berkata atau berucap apapun.

Beberapa detik kemudian setelah mengangguk kepala itulah, sang raja Raden Pragalbo wafat dipelukan Raden Pratanu.

Menganggukkan dalam bahasa Madura berarti ongguk. Maka sejak itulah Raden Pragalbo lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Ongguk.

Berita tentang Raden Pragalbo yang masuk Islam ini kemudian menyebar di kalangan rakyat dan selanjutnya diikuti oleh seluruh rakyatnya. Meski demikian, agama Islam awalnya lebih dikenal dengan sebutan Islam Ongguk mengacu pada proses masuknya Raden Pragalbo atau Pangeran Ongguk saat masuk Islam.

Mangkatnya Raden Pragalbo kemudian diganti oleh Raden Pratanu atau yang juga dikenal dengan sebutan Ki Lemah Duwur.

Dibawah pemerintahannya, Islam menjadi agama baru yang terus berkembang. Raden Pratanu pun membenahi akidah dan syariat islam di kalangan rakyatnya termasuk prosesi masuk islam yang tidak hanya sekedar mengangguk tapi juga harus mengucapkan sumpah dua kalimat syahadat, yakni bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan bersaksi Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT.

Meski masuk Islam hanya dengan sekedar mengangguk di penghujung hayatnya, Raden Pragalbo atau Pangeran Ongguk benar-benar diakui sebagai Raja pertama di kawasan Madura Barat yang masuk Islam. (Mad Topek)

Senin, 13 Juni 2011

Manusia Pasir, Penikmat Tidur Beralas Pasir Setiap Harinya di Madura

Darah Madura - Bagi mayoritas warga yang ada di Desa Legung, Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, pasir merupakan teman abadi yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Bahkan segala aktivitas sehari-hari yang dilakukan, juga tidak jauh dari pasir. Jadi wajar saja mereka dijuluki "manusia pasir".



Tradisi dan kehidupan yang tidak bisa lepas dari pasir tersebut, sepintas membuat pengunjung yang datang ke sana heran. Pasalnya, saat menginjakkan kaki pertama, Anda akan melihat warga sekitar tidur lelap dan bermain di atas hamparan pasir, yang biasanya sudah tersedia di depan rumah.

Demikian juga saat menengok kamar tidur milik warga sekitar yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Mata akan terbelalak dan agak terheran-heran, karena hampir seluruh kamar tidur tidak ada kasur, melainkan diganti dengan tumpukan pasir yang dijadikan tempat tidur.

"Warga di sini sudah terbiasa tidur di atas pasir, bahkan sebagian besar tidak memiliki kasur," ujar tokoh masyarakat Legung, H Asyari (50).

Kehidupan sekira 900 kepala keluarga (KK) sudah identik dengan pasir, dan hal tersebut sudah menjadi warisan nenek moyang. Sejak mereka lahir dan sudah menjadi warisan dari sesepuh. Bahkan, beberapa warga sudah terbiasa melahirkan di atas pasir.

Hingga saat ini, warga menganggap pasir sudah menjadi kebutuhan hidup. Di sisi lain juga masih percaya bahwa dengan tidur di atas pasir, bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti pegal linu, kusta, gatal-gatal dan juga bisa untuk terapi penyakit stroke.

"Tradisi seperti itu (tidur di pasir), sudah mendarah daging dan warga yakin bisa menyembuhkan penyakit," tambah Asyari.

Surami (45), salah satu warga Desa Legung, Kecamatan Batang-Batang yang mengaku telah terjangkit penyakit stroke, bisa sembuh dengan terapi tidur di pasir. Selain tidur di pasir, dia mengaku juga mengambil segumpal pasir dan dipijitkan ke beberapa bagian tubuh yang kena penyakit stroke.

"Setiap hari, saya terapi dengan pasir dan hasilnya, penyakit yang diderita sembuh total," ungkapnya.

Praktis, tradisi manusia pasir tersebut tidak hanya menjadikan rasa penasaran warga yang ada di daerah lain. Bahkan, sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Tak jarang juga dijadikan bahan penelitian kalangan mahasiswa dan ilmuwan. (Mad Topek/ Bai)

Selasa, 07 Juni 2011

Hutan Kerajaan Kera Nepah, Diyakini Jelmaan Patih dan Prajurit Pembangkang

Darah Madura - Sebuah hutan kecil di Kabupaten Sampang – Madura menyimpan kekayaan satwa kera yang populasinya mencapai ribuan ekor. Hutan kecil yang dihuni ribuan kera ini terdapat di desa Bateoh Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang.


Para pengunjung atau wisatawan biasanya akan melemparkan kacang yang mereka bawa sebagai makanan bagi para kera tersebut. Meski hewan ini masih tergolong kera liar, mereka sangat jarang menyerang pengunjung. Apalagi jika wisatawan rajin melemparkan kacang pada mereka.

Kera – kera penghuni hutan yang hanya memiliki luas tidak lebih dari 15 hektar ini, terlihat saat pagi dan sore hari. Mereka biasanya tidak asal keluar atau tidak gampang terlihat.

Jika tidak ingin pulang dengan hanya melihat rimbunan pepohonan, alangkah baiknya jika para wisatawan mengajak juru kunci hutan ini, yakni Abdul Aziz Jaying. Sang juru kunci akan turun langsung/ dengan panggilan khusus agar kera datang.

Abdul Aziz Jaying juga menjelaskan, tanpa panggilan khusus tersebut biasanya para kera ini enggan untuk keluar menemui pengunjung. Menurutnya, sejak jaman dulu memang begitulah para nenek moyangnya memanggil kera-kera di Hutan Nepah.
Dari babat tanah Madura, Abdul Aziz Jaying menceritakan bahwa awalnya Hutan Nepah ini merupakan sebuah kerajaan kecil yang didirikan seorang raja bernama Raden Segoro, cucu Raja Giling Wesi dari Jawa.

Di tengah keberhasilan Raden Segoro memimpin kerajaan nepah tersebut, seorang patih yang di percayainya membangkang terhadap Raden Segoro, sehingga sang patih dikutuk menjadi seekor kera bersama beberapa pengikut lainnya yang juga membangkang. Karena itulah Hutan Nepah ini juga disebut hutan kerajaan kera.

Keberadaan ribuan kera di Hutan Nepah ini tidak hanya diketahui masyarakat sekitar. Namun juga warga dari luar Kabupaten Sampang maupun dari luar Madura yang sengaja datang berkunjung ke kawasan hutan ini terutama saat liburan.

Lokasi ini memang cocok untuk menjadi wana wisata atau wisata hutan baik untuk keluarga maupun siswa sekolah, agar mengetahui langsung kekayaan hayati negeri ini. Apalagi lokasi hutan kera Nepah ini tepat berada di pinggir pantai Nepah yang juga bisa menjadi tempat rekreasi. (Mad Topek)