Lobster air tawar adalah udang yang hidup di air tawar yang memiliki capit besar sebagai senjata seperti kepiting. Menurut Spence (1989), lobster terdiri dari kepala dan thorax yang tertutup oleh karapas dan memiliki abdomen yang terdiri dari enam segmen. Lobster adalah udang yang dagingnya memiliki gizi yang sangat tinggi. Lobster dapat dikenali dengan sangat mudah, karena udang ini memiliki capit yang tidak dimiliki oleh ikan lain kecuali jenis kepiting. Capit lobster ada dua dan pinggirnya bergerigi tajam yang digunakan untuk menyobek dan menghancurkan makanannya.
Sekarang ini lobster sudah mulai dibudidayakan secara intensif. Lobster dapat memberikan tambahan penghasilan yang sangat lumayan bagi para peternak jika ditangani dengan serius. Lobster sangat mudah untuk dibudidayakan. Untuk merawat lobster, tidak memerlukan cara yang rumit. Pakan lobster juga sangat tersedia melimpah di alam bebas, seperti contohnya keong mas yang menjadi musuh petani karena merusak tanaman padi.
Menurut Subani, 1984 dalam Utami 1999, lobster dapat digolongkan sebagai binatang yang mengasuh dan memelihara keturunannya walaupun sifatnya hanya sementara. Lobster betina yang sedang bertelur melindungi telurnya dengan cara meletakkan atau menempelkan butir-butir telurnya di bagian bawah badan (abdomen) sampai telur tersebut dibuahi dan menetas menjadi larva udang. Nontji (1993) menyatakan bahwa, jumlah telur yang dihasilkan setiap ekor betina lobster dapat mencapai lebih dari 400.000 butir. Telur-trlur tersebut akan menetas dan berubah menjadi larva pelagis.
Secara umum dikenal adanya tiga tahapan stadia larva, yaitu “naupliosoma”, ”filosoma”, dan “puerulus”. Perubahan dari stadia satu ke stadia berikutnya selalu terjadi pergantian kulit yang diikuti perubahan-perubahan bentuk (metamorphose) yang terlihat dengan adanya modifikasi-modifikasi terutama pada alat geraknya. Pada stadia filosoma yaitu bagian pergantian kulit yang terakhir, terjadi stadia baru yang bentuknya sudah mirip lobster dewasa walaupun kulitnya belum mengeras atau belum mengandung zat kapur. Pertumbuhan berikutnya setelah mengalami pergantian kulit lagi, terbentuklah lobster muda yang kulitnya sudah mengeras karena diperkuat dengan zat kapur. Bentuk dan sifatnya sudah mirip lobster dewasa (induknya) atau disebut sebagai juvenile. Lama hidup sebagai stadia larva untuk lobster berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Lobster yang hidup di perairan tropis, prosesnya lebvih cepat dibanding dengan yang hidup di daerah sub-tropis. Waktu yang diperlukan untuk mencapai stadia dewasa untuk lobster torpis antara 3 sampai 7 bulan (Subani, 1984 in Utami, 1999).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar